Menikmati Pesona Api Biru di Kawah Gunung Ijen |
Di Kawah ini anda akan dapat melihat fenomena langka. Fenomena alam ini hanya bisa dilihat di dua tempat di dunia, di Islandia dan kawah ijen, yaitu fenomena Blue Fire atau api biru. Sayangnya fenomena ini hanya terjadi pada jam 02.00 hingga 04.00 dini hari atau sebelum matahari terbit. Oleh karena itu jika anda ingin melihat fenomena api biru ini maka anda harus berangkat tengah malam, dan tentu saja ditemani oleh pemandu. Anda juga harus menyiapkan kacamata pelindung dan masker, karena bau belerang sangat menusuk dan membuat mata perih.
Kawasan Paltuding adalah titik awal untuk melanjutkan perjalanan ke kawah Ijen. Untuk dapat mencapai bibir kawah, pengunjung harus mendaki sejauh 2-3 km, kira-kira memakan waktu dua jam untuk sampai kesana. Oleh karena itu siapkan fisik anda sebelum mendaki menuju Kawah Ijen. Apalagi jalur awal menuju kawah ini sangat berat. Jalur nya menanjak dengan kemiringannya sekitar 25-35 derajat dengan tanah berpasir sehingga memerlukan tenaga yang ekstra untuk mendakinya ditambah lagi dengan udara dingin yang menusuk, perjalanan menuju Kawah Ijen ini akan menjadi petualangan yang sangat seru bagi anda yang suka akan tantangan.
Untuk mendapati fenomena api biru ini anda harus turun hingga dasar kawah. Jaraknya sekitar 250 meter. Untuk menuruni kawah ini anda harus ditemani pemandu. Walaupun lelah, tapi semua itu akan terbayar saat anda melihat pemandangan indah yang telah tersaji disana. Api biru yang sangat indah akan bisa anda lihat tepat di depan mata. Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan, pesona si api biru ini mampu “membayar” semua kelelahan dalam perjalanan.
Saat pagi datang dan mengusir gelap malam, pemandangan indah di Kawah Ijen tetap bisa anda nikmati dari atas gunung akan terlihat sangat memukau. Warnanya yang hijau, akan membuat kita berdecak kagum akan keindahan ciptaan Yang Maha Kuasa. Bunga edelweiss dan cemara gunung pun bisa anda temukan disini.
Selain itu anda bisa melihat aktifitas para penambang belerang yang menambang secara tradisonal. Dengan perlengkapan keamanan yang seadanya mereka mencari lelehan belerang. Belerang cair berwarna merah keluar dari perut bumi lalu disalurkan melalui pipa-pipa yang berujung pada tong-tong penampungan. Dan setelah membeku, lelehan yang tadinya berwarna merah berubah menjadi warna kekuningan. Belerang-belerang yang telah membeku inilah yang kemudian diambil dan diangkut oleh para penambang. Dengan menggunakan linggis mereka mencongkel dan memindahkannya kedalam keranjang dan kemudian dibawa dengan cara memikul. Tak dapat terbayangkan betapa berat belerang yang mereka pikul. Total belerang yang biasa mereka bawa sekali angkut bisa mencapai 80-100 kg. Belum lagi mereka harus memikulnya hingga melewati dinding kaldera yang sangat curam. Sungguh perjuangan mencari nafkah yang sangat berat dan mempertaruhkan nyawa.